Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
Gus Dur Mania

Monopoli Kebenaran ala Khawarij


MONOPOLI KEBENARAN DALAM BERPOLITIK DEMI MENGGAPAI KEKUASAAN DENGAN MENGATAS NAMAKAN AGAMA, HANYA AKAN MENCATATKAN TOREHAN SEJARAH KELAM & PENCORENGAN ATAS KEMULYAAN ISLAM YG RAHMATAN LIL ALAMIN.

Menurut sejarawan al-Thabari, jenazahnya Sayyidina Ustman terpaksa “bertahan dua malam karena tidak dapat dikuburkan”.

Ketika mayat itu disemayamkan, tak ada orang yang bersembahyang untuknya.

Siapa saja dilarang menyalatinya.
Jasad orang tua berumur 83 itu bahkan diludahi dan salah satu persendiannya di patahkan.

Karena tak dapat di kuburkan di pemakaman Islam, maka terpaksa dimakamkan di Hisy Kaukab, wilayah pekuburan Yahudi.

Siapa dia ?
Dia adalah Usman bin Affan, khalifah ke-3.
Sahabat Rasul yang di angkat sebagai khalifah pada tahun 644 itu–melalui sebuah musyawarah terbatas antara lima orang.

12 tahun kekhalifahannya berujung pada pembunuhan.
Para pembunuhnya bukan orang Majusi, bukan pula orang yang murtad, tapi orang Islam sendiri yang bersepakat memberontak.

Pada tahun 661, setelah lima tahun memimpin, Ali dibunuh dengan pedang beracun.
Ali Bin Abi Thalib khalifah ke-4 itu wafat setelah dua hari kesakitan.

Siapakah pembunuhnya ?
bukan orang yahudi atau orang kafir tetapi orang islam sendiri yang diketahui pengetahuan agamanya luas.
Dia adalah Abdurrahman bin Muljam Al-Muradi, adalah orang yang di kenal sangat taat dalam aqidah.
Ia seorang ahli ibadah, ahli shalat, shaum, dan penghafal Al-Qur’an.

Sebagai hukuman karena membunuh Ali, ia juga mati ditebas pedang. Mayatnya dibakar.

Kekerasan di balas kekerasan. Tidak ada hukum yang beradab dalam kontek politik. Padahal islam tidak mengajarkan itu.
Tetapi politisasi agama punya dalil untuk itu.

Pertanyaannya adalah mengapa sampai orang islam membunuh Usman yang jelas sahabat terbaik rasul dan Nabi sendiri telah menjamin dia akan masuk surga.

Mengapa sampai orang tega membunuh Ali yang jelas kerabat Nabi dan juga menantu Nabi Muhammad. Mengapa ?
ternyata sumber masalah soal politik kekuasaan. Ya politisasi islam.

Mereka yang kebelet ingin berkuasa menebarkan fitnah dan ujaran kebencian terhadap penguasa. Tentu menggunakan dalil cocoklogi.

Akibatnya seperti halnya Abdurrahman bin Muljam Al-Muradi, karena tenggelam dalam fitnah Khawarij, ia menjadi pembunuh.

Menurut Sabda Nabi, kelompok Khawarij adalah kaum yang banyak membaca Al-Qur’an tetapi tidak memahami apa yang dibaca. Bahkan memahaminya dengan pemahaman yang menyimpang dari kebenaran. Merekalah sebetulnya musuh islam. Musuh peradaban.

Dalam sejarah Islam—sebagaimana yang umumnya sudah diketahui.
Jika islam di politisir, yang terjadi adalah sebuah riwayat panjang tentang arus yang surut. Penyair muslim kelahiran India, Hussain Hali (1837-1914), yang menggambarkan bagaimana peradaban yang pernah jaya pada abad ke-8 itu akhirnya ”tak memperoleh penghormatan dalam ilmu, tak menonjol dalam karya dan industri”.
Yang kemudian berlangsung adalah Islam yang hanya sibuk dengan urusan langit dan lupa akan bumi yang mengharuskan bersaing mendapatkan kemakmuran dengan jerih, iktiar atas dasar iptek.
Politisasi islam output nya hanyalah kumpulan orang yang tak henti menyalahkan lawan politiknya.

Yang disebut dengan "islamic golden age" adalah masa dimana kaum muslim berlomba2 menyauk ilmu pengetahuan dan mengembangkan teknologi, sementara masa2 dimana kaum muslim bergerombol2 hanya untuk merebut kekuasaan, adalah masa-masa kelam sejarah mereka.

Sumber : Akun Wahyudin Atta

Post a Comment for "Monopoli Kebenaran ala Khawarij"