Gus Dur Bapak Pluralisme Indonesia
Gus Dur adalah Bapak Pluralisme, terserah jika ada orang yang tidak suka dengan sebutan ini, termasuk para pecintanya sendiri. Konon, Djohan Efendi, sahabat setia Gus Dur, pernah diminta Gus Dur agarjika ia kelak wafat, nisannya ditulis ”Di Sini dikubur Sang Pluralis".TerIepas pesan itu benar diucapkan Gus Dur atau tidak, dan tak peduli masyarakat memperdebatkan maknanya, tetapi beliau orang yang selaIu ingin memandang manusla, siapapun dia dan di manapun dia berada, sebagai manusla yanq adalah ciptaan
Tuhan. Sebagaimana Tuhan menghormatinya, Gus Dur juga ingin menghormatinya. Sebagaimana Tuhan mengasihi makhluk-Nya, Gus Durjuga ingin mengasihinya. ’Takhallqu bi Akhlaq Allah" (berakhlaklah dengan akhlak Allah), kata pepatah suti. Sejauh yang saya tahu, Gus Dur tak banyak bicara soal wacana Pluralisme berikut daIiI-dalil teologisnya. Tetapi ia mengamaIkan, mempraktikkan dan memberi mereka contoh atasnya. Pluralismejauh lebih banyak dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari Gus Dur
dibanding diwacanakan. Kalaupun ia diminta dalil agama, ia akan menyampaikan ayat aI Qur’an ini: ”Wahai manusia, Aku ciptakan kalian terdiri dari laki-Iaki
dan perempuan. Dan Aku jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya manusia yang paling mulia di antara kalian di mata-Ku, ialah orang yang paling bertaqwa kepadaku".
'Li Ta’arafu” (saling mengenal), tidak sekedar tahu nama, alamat rumah, nomor handphone, atau tahu wajah dan tubuh yang Iain. Saling mengenal adalah memahami kebiasaan, tradisi, adat-istiadat, pikiran, hasrat yang Iain, yang berbeda, yang tak sama. Lebih dari segalanya ”Ii ta'arafu" berarti agar kalian saling menjadi arif bagi yang Iain.
Yang paling mulia di hadapan Tuhan adalah yang paling taqwa, bukan yang paling gagah atau cantik, bukan yang paling kaya atau rumah megah.Taqwa bukan sekedar sering datang ke masjid atau ke majlis ta'lim, membaca kitab suci, memutar-mutar tasbih, bangun malam, atau puasa saban hari. Tetapi Iebih dari itu taqwa adalah mengendalikan
Amarahl hasrat-hasrat rendah/ menjaga hati, tidak memaki, tidak mengancam, ramah, sabar: rendah hati dan sejuta ma'na kebaikan kepada yang lain dan kepada alam.
Post a Comment for "Gus Dur Bapak Pluralisme Indonesia "