Membaca Zikir Saat Mengantar Jenasah
Membaca Zikir Saat Mengantar Jenasah
Sudah menjadi kelaziman kita, sebelum jenasah diberangkatkan ke
makam, diadakan acara terlebih dahulu. Ada yang panjang, misalnya dengan
beberapa sambutan dari pak dukuh, pak lurah, pak camat, dari instansi. Ada
juga yang simpel seperti di kalangan santri: sambutan pihak keluarga, doa
pemberangkatan, dan selesai.
Dengan diawali imam yang memimpin tahlil: La ILaha
Illallah Muhammadun Rasulullah 3 kali dan disambut hadirin, lalu
berangkatlah peti jenasah. Selanjutnya, para pengantar jenasah ke makam, ada yang
bersama-sama melantunkan tahlil sepanjang jalan sampai ke makam; ada yang
tenang-tenang saja, bahkan, ada yang pelan-pelan bercengkerama, kadang
diselingi canda dan tawa. Orang-orang NU, terutama di desa-desa,
mengiringkan jenasah masih dengan cara yang hangat dan iringan tahlil
sepanjang jalan, meski sandal lepas, sarung mlotrok, lantaran
berjubelnya para pengantar, dan pembawa keranda pasti jalannya cepat tak
terkendalikan. Zikir yang mereka kumandangkan itu berdasar pada hadits,
pertama:
ويكره رفع الصوت بالقرءان والذكر والصلاة على النبي صلى الله عليه
وسلم قال المدا بغى: وهذ ا باتبار ماكان فى الصدر الأول فأما اللان فلا باس بذلك
لأنه شعار
للميت.
Makruh hukumnya meninggikan suara ketika membaca ayat-ayat
Al-Qur'an, Zikir, dan shalawat. Tetapi Imam al-Madabighi berpendapat: Hukum
makruh di atas terkait kondisi dan situasi di masa awal Islam. Sekarang
Zamannya sudah beda, tidak apa-apa, justru menambah syiar, khususnya bagi si
mayit/jenasah.
Sumber: Nahdlatul Ulama

Post a Comment for "Membaca Zikir Saat Mengantar Jenasah"