Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
Gus Dur Mania

Manusia Dalam Al-Qur'an


Manusia dalam Al-Qur'an disebutkan sebagai pemegang saham utama di dunia, pemegang amanah, dan pemeran utama di dunia. Dengan segala kelebihan yang diberikan kepadanya, sebenarnya manusia mampu menjadi makhluk yang mulia di hadapanNya. Namun pada kenyataannya tidak demikian, sebab Allah SWT menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa dalam firmanNya. Kelebihan yang difasilitasi oleh Allah SWT untuk manusia, sekaligus menjadi dasar utama yang membedakan dari makhluknya yaitu akal, akal adalah anugerah terbaik yang tercurahkan sepenuhnya hanya untuk manusia. Akal adalah dasar utama yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. 


Dengan akal manusia bisa melakukan apa saja yang ada di benaknya dan dengan akal pula manusia dapat tertipu daya. Manusia oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala diberikan berbagai anugerah yang tidak terhingga. Sehingga andaikan manusia hendak menghitung nikmat pemberian-Nya, maka dia tidak akan sanggup menghitungnya. Sebab Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menyatakan dalam firman-Nya, "seandainya kalian manusia menghitung nikmat-Ku atau pemberian-Ku, kata Allah. Niscaya kalian tidak akan sanggup menghitungnya." 


Meskipun manusia diberi akal pikiran, tidak sedikit dari mereka yang tidak mampu mengelola dan memanfaatkan apa yang ada dalam dirinya. Sebab manusia juga diberi hawa nafsu yang dengannya, manusia dapat meraih kemuliaannya, juga terjerumus olehnya. Hawa nafsu yang berlebihan dapat menjerumuskan manusia, sebab dia membahayakan dirinya dan orang sekitarnya. Begitu juga sifat-sifat tercela seperti iri hati, dengki, takabur, riya serta sifat-sifat lainnya, bila sudah mengakar kuat dalam dada akan sangat berbahaya bagi kehidupannya. Manusia dengan berbagai watak dan tabiatnya tidak terlepas dari sifat cela atau cacat. Sifat cacat diciptakan agar manusia tidak menghamba kepada sesamanya. Manusia yang keimanannya sempurna tidak akan pernah takut kepada apapun yang ada di hadapannya. Sebab semua yang diberikan kepadanya semata-mata dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Begitu pun sebaliknya, manusia yang imannya tipis akan selalu bertengkar dan sibuk dengan hal-hal yang tak berguna lantaran ditimbulkan dari sifat-sifat tercela yang ada pada dirinya. Manusia yang tipis imannya mengira bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak tahu apa-apa yang dilakukan selama hidupnya, dan akhirnya mereka menjadi manusia yang selalu berhadapan dalam kegelisahan dan keresahan yang menyusahkan hidupnya. Seperti dalam Firman-Nya yang menyatakan bahwa "Sesungguhnya hati, pendengaran, penglihatan, dan seluruh apa-apa yang dilakukan serta dikerjakan manusia kelak akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT." 

Meskipun manusia tersebut bersembunyi di dasar laut ataupun bersembunyi di luar angkasa sekalipun, sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengetahui apa apa yang dilakukan oleh makhluknya. 






Post a Comment for "Manusia Dalam Al-Qur'an "